Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Memoar Menyusu Kebijaksanaan di Santu Klaus Kuwu

Oleh Emilianus Yakob Sese Tolo Sejak ayah memberi tahu bahwa aku akan masuk seminari di Kuwu-Ruteng, aku sangat senang. Ayah dan ibuku juga turut gembira. Tak lama kemudian, aku harus mendaftarkan diri ke Seminari di Kuwu. Karena ayahku sibuk mengajar, aku ke Kuwu ditemani oleh Kakak Rosa Ija yang kebetulan akan mengunjungi Fr. Wilibaldus Mutu, SVD di Novisiat Sang Sabda Kuwu yang letaknya dekat dengan SMP dan SMUK St. Klaus, Kuwu. Waktu itu, ayah dan ibu mengantarku ke Boawae dari kampungku, Ekosoza. Kami naik “bemo”. Di Aemali, kami bertemu Moris yang sedang berjalan kaki ke Ekosoza. Waktu itu Moris nginap di rumah kakak Rosa hanya untuk menonton TV karena ayahku tak sanggup membelinya untuk kami sekelurga. Nonton TV adalah kesukaan si Moris sebagaimana aku dan Roni menyukai hutan belantara dan segala isinya. Hanya untuk menonton TV, Moris harus berjalan kaki 7 KM setiap akhir pekan. Ayah tidak meminta agar “bemo” berhenti supaya Moris bisa ikut mengantar aku. Ibu marah ayah

Negativitas Facebook

Gelandangan Intelektual *Oleh Emilianus Yakob Sese Tolo Satu dari sekian banyak kemajuan teknologi informatika saat ini adalah Facebook. Hampir semua orang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda kenal dan menggunakan Facebook. Oleh karena itu, tidak membutuhkan waktu lama untuk Facebook mendunia. Dia bergerak begitu gesit melewati batas-batas geografis-kultural menjangkau aneka manusia dengan pelbagai latarbelakangnya. Namun, kehadirannya telah memberi jejak yang mendua kepada dunia. Karena itu, hal ini mesti diwaspadai dan diantisipasi secara bijaksana. Sekelumit tentang Facebook Pencipta Facebook adalah Mark Ellliot Zuckerberg. Zuckerberg, dilahirkan di Dobb Ferry, West¬chester County, New York, 14 Mei 1984. Zuckerberg lahir di kawasan bernama Dobbs Ferry, Westchester County, kota New York. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua pasangan dokter gigi-psikiater. Sejak kecil Zuckerberg suka mengu¬tak-atik komputer, mencoba berbagai program komputer dan belaja

Birokrasi Indonesia: Belajar dari Amerika Serikat

Gelandangan Intelektual *Oleh Emilianus Yakob Sese Tolo Pada hakekatnya, birokrasi publik memiliki fungsi untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Biasanya, pelayanan publik yang dijalankan diproduksi oleh lembaga eksekutif dan legislatif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa lembaga birokrasi memiliki diskresinya sendiri dalam kaitan dengan kebijakan-kebijakan tertentu. Ada banyak kebijakan publik yang dihasilkan dan dilaksanakan oleh birokrasi publik itu sendiri. Oleh karena itu, peranan birokrasi publik dalam pembangungan bangsa dan masyarakat sangat penting. Karena pentingnya peran ini maka jika ada persoalan dalam birokrasi publik, baik itu berkaitan dengan aturan maupun budaya birokrasi, dampaknya sangat besar bagi pembangunan bangsa dan negara. Harus diakui bahwa kualitas birokrasi pubik Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Oleh karena itu, sangatlah masuk akal bila birokrasi publik Indonesia belajar dari birokrasi publik dari n

Melawan Birokrasi Koruptif

*Oleh Emilianus Yakob Sese Tolo Korupsi, oleh As Hornby E. V. Gatenby dan H Wakefiel, sebagaimana yang dikutip oleh Baharudin Lopa, didefinisikan sebagai offering and accepting of bribes, penawaran atau pemberian dan penerimaan suap. Bila definisinya demikian, maka birokrasi publik di Indonesia merupakan salah satu lembaga yang sangat rentan terhadap tindakan korupsi. Di Indonesia, korupsi, oleh sebagian besar orang, dikatakan telah membudaya. Sebab, korupsi tidak saja terjadi pada kalangan elit, tetapi juga merambah sampai pada level masyarakat bawah (grassroots level). Ia juga tidak menjadi milik khas bagi masyarakat yang hidup pada era tertentu, tetapi juga menjadi milik generasi dulu dan sekarang. Fakta ini dijustifikasi oleh data yang ada bahwa Indonesia sering ditempatkan sebagai negara terkorup. Berdasarkan data yang ada, pada tahun 1995, Indonesia ditetapkan sebagai negara terkorup di dunia. Dari nilai nol untuk paling korup sampai pada nilai sepuluh untuk negara paling bers

Maria Kaju

Oleh Emilianus Yakob Sese Tolo Angin sepoi-sepoi perlahan mendayu menyapu tubuhku. Bak patung yang terpaku, aku tak beringsut sedikitpun. Sebab, energi perhatianku hanya tertuju pada nama itu. Itulah nama yang sudah, sedang dan akan terus ada di dalam dadaku. Dialah biduanitaku. Selama jantungku masih berdetak dan bumi masih berputar pada porosnya, cintaku padanya tak akan pernah sirna. Aku mengenal dia sejak hari pertamaku di SMA. Sejak saat itulah cinta kami tumbuh dan bersemi. Namun, selepas SMA, aku harus meninggalkan kampung menuju Jakarta demi meniti ilmu Ekonomi di salah satu univesitas swasta. Sementara itu, dia terpaksa harus menjadi gadis kampung karena orang tuanya lebih memilih untuk membiayi kedua saudara laki-lakinya yang sedang berlajar di universitas ternama di Yogyakarta. Sejak saat itu, cinta kami hanya bersandar pada lembaran-lembaran putih. Dan, lembaran putihnya yang terakhir membuat aku menangis. *** Kali ini aku ingin mengikuti pesta perkawinan anak perempuannya