Negativitas Facebook

Gelandangan Intelektual

*Oleh Emilianus Yakob Sese Tolo

Satu dari sekian banyak kemajuan teknologi informatika saat ini adalah Facebook. Hampir semua orang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda kenal dan menggunakan Facebook. Oleh karena itu, tidak membutuhkan waktu lama untuk Facebook mendunia. Dia bergerak begitu gesit melewati batas-batas geografis-kultural menjangkau aneka manusia dengan pelbagai latarbelakangnya. Namun, kehadirannya telah memberi jejak yang mendua kepada dunia. Karena itu, hal ini mesti diwaspadai dan diantisipasi secara bijaksana.

Sekelumit tentang Facebook

Pencipta Facebook adalah Mark Ellliot Zuckerberg. Zuckerberg, dilahirkan di Dobb Ferry, West¬chester County, New York, 14 Mei 1984. Zuckerberg lahir di kawasan bernama Dobbs Ferry, Westchester County, kota New York. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua pasangan dokter gigi-psikiater. Sejak kecil Zuckerberg suka mengu¬tak-atik komputer, mencoba berbagai program komputer dan belajar membuatnya. Ayahnya sendiri membelikannya komputer sejak ia beru¬sia delapan tahun.

Sekolah menengahnya di Ardsley High School, Ardsley, New York (1998-2000) dan Phillips Exeter Academy, Exeter, New Hamshire (2000-2002). Pendidikan universitas di bidang psikologi, Harvard University. Namun, Zuckerberg tidak menyelesaikan kuliahnya lantaran dikeluarkan dari Harvard karena membobol website data mahasiswa. Dia pun diperkara karena persoalan ini dan akhirnya dikeluarkan dari universitas.

Di luar universitas, kebiasaan keranjingan komputer yang sudah dilakukan sejak kecil terus dikembangkan. Hasilnya tidak sia-sia. Facebook adalah karya monumentalnya yang menggoncangkan dunia. Sebenarnya, benih Facebook sudah muncul sejak Zuckerberg kuliah di Harvard. Waktu ini namanya CourseMatch. CourseMatch memungkinkan teman-temannya di Harvard bisa saling berkomunikasi dan bersosialisasi di dalamnya. Nanti pada bulan Februari 2004, dia meluncurkan Facebook seperti yang digunakan sekarang.



Facebook: Mesin Pecetak Uang

Dari segi bisnis, Facebook telah menyulap Zuckerberg menjadi billionaire. Pada tahun 2008, Zukerberg masuk dalam urutan 785 sebagai orang terkaya di dunia versi majalah Forbes dengan kekayaan sekitar 13,5 triliun rupiah (1.5 miliar dolar AS). Dia berhasil mencatatkan sejarah sebagai orang termudah, 24 tahun, yang berhasil mengumpulkan kekayaan sebanyak itu dari keringatnya sendiri. "Dia adalah billionaire termuda di dunia saat ini, dan kami yakin ia adalah billionaire ter¬muda sepanjang sejarah yang mengumpulkan sendiri kekayaannya”, demikian komentar Mattew Miller, associate editor Forbes.

Tak dipungkiri bahwa mondialisasi Facebook telah menjadi mesin pencetak uang yang paling mudah, murah dan cepat. Hanya dalam beberapa tahun saja, miliaran dolar dihasilkan. Pendirinya, Zuckerberg, langsung menempati posisi sebagai orang kaya di dunia. Hanya segelintir orang yang bisa menempati posisi itu dalam umur yang masih mudah seperti dia. Semua orang tentunya tercengang dan kagum dengan keberhasilan Zuckerberg.

Negativitas Facebook

Orang Indonesia terkenal ramah, santun dan mudah berinteraksi walaupun belum pernah bertatap muka. Oleh karena itu, tidak heran bila Indonesia menempati posisi dua sebagai pengguna Facebook terbanyak di dunia saat ini. Fitur-fitur dalam Facebook memang memudahkan orang untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Tidak ada orang yang bisa membantahnya kecuali kalau mau membohongi diri sendiri . Namun, harus diwaspadai bahwa Facebook juga bisa membawa masalah bila disalahgunakan. Di balik keasyikan, kemenarikan dan kemudahan yang dihadirkan oleh Facebook tersembunyi aspek negativitasnya.

Ada beberapa dampak negatif Facebook yang disinyalir penulis. Pertama, Facebook bisa mencuri waktu produktif Anda. Ini fakta yang terjadi saat ini. Banyak mahasiswa sekarang lebih gemar duduk berjam-jam berfacebookan dari pada membaca. Ini malapetaka paling besar untuk dunia pendidikan kita. Bila mahasiswanya tak berilmu, mau jadi apa bangsa ini ke depan. Begitu juga dengan pegawai di berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta. Banyak pekerjaan yang tidak kelar karena keteledoran dan keasyikan bermain Facebook. Waktu mengalir tanpa jejak produktif.

Kedua, Facebook sering disalahgunakan oleh anak-anak. Bila anak-anak dibutakan moral dan prilakunya oleh keterlibatannya dalam Facebook, bagaimana nanti nasib dan masa depan bangsa kita ke depan. Masa depan bangsa ini ada di tangan generasi muda. Kebenaran ini tak terbantah. Hanya generasi yang bermoral dan berinteleklah yang bisa membawa bangsa ini pada ambang kesuksesan dan kejayaan.

Berdasarkaan data, 7,5 persen pengguna Facebook adalah anak-anak di bawah umur 13 tahun. Ini sebuah malapetaka besar bila dibiarkan terus. Sebagai orang tua, Anda harus mengawasi anak Anda. Jangan biarkan mereka sendiri menentukan diri mereka sendiri di hadapan Facebook. Tanggung jawab Anda tidak saja menyelamatkan anak Anda sendiri, tetapi seluruh bangsa.

Ketiga, Facebook bisa memungkinkan adanya pencurian identitas. Ini kerap terjadi. Parahnya adalah bahwa ketika orang mencuri identitas untuk membuat kejahatan dan penipuan. Hati-hatilah menggunakan Facebook. Jangan terlalu cepat percaya pada informasi dari Facebook. Sebab, di sanalah medan rekayasa dan penipuan yang menagih banyak korban.

Keempat, Facebook mendidik orang untuk menjadi pengintai. Melalui Facebook, seorang bisa (dibiaskan) mendeteksi privasi seseorang. Melucuti privasi akan meluruhkan perasaan dan maratabat seseorang. Oleh karen itu, ia bisa dikategorikan sebagai kejahatan.

Itulah efek negatif yang bisa dimungkinkan oleh Facebook. Anda tidak dilarang untuk berfacebookan. Hanya perlu diingat bahwa berfacebookan dengan tidak bijaksana akan membawa dampak negatif yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Selamat berfacebook secara bijaksana. Sebab dengan demikian, karya munumental Zuckerberg ini membawa manfaat bagi kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumbangan Filsafat Falsifikasi Karl Raimund Popper Bagi Terciptanya Kepemimpinan Yang Demokratis di Indonesia

Mengais Jejak IDT

Mengais Peran Kitab Suci dalam Keluarga Katolik